Selasa, 09 Januari 2018

Penemu Lampu Pijar – Thomas Alva Edison

Thomas Alva Edison merupakan salah satu ilmuwan paling terkenal dan juga ia diakui dunia sebagai penemu lampu pijar, sebuah temuan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Penemu jenius ini memperoleh pendidikan formal hanya tiga tahun saja sebab ia dikeluarkan dari sekolahnya karena guru-gurunya menganggapnya sebagai siswa yang sangat bodoh dan tidak dapat menyerap pelajaran dengan baik.
Akhirnya, orang tuanya terutama ibunya bekerja keras di rumah untuk mengajar Thomas Alva Edison sendirian dengan cara sekolah rumah atau Homeschooling. Ibunya berkeyakinan bahwa Thomas Alva Edison bukan anak yang bodoh.
Thomas Alva Edison Penemu LampuKeyakinan ibunya tepat sebab ia berhasil mengembangkan keterampilan dan kejeniusan Thomas Alva Edison yang kemudian akan dikenal sebagai salah satu penemu paling jenius di dunia.
Hasilnya, Alva Edison muda berhasil  menciptakan cptaan pertamanya yakni sebuah perekam suara elektronik yang dibuatnya ketika ia baru berumur dua puluh tahun. Ciptaannya tersebut ia tidak jual.
Setelah itu, ia kemudian menekuni pembuatan alat-alat yang menurutnya dapat laku terjual dipasaran. Thomas Alva Edison kemudian menyempurnakan mesin telegram yang ia buat seecara otomatis dapat mencetak huruf. Alat tersebut kemudian dijualnya seharga 40 ribu dolar, seuah jumlah yang sangat besar ketika itu. Setelahnya penemuan-penemuan lain kemudian berhasil ia buat.
Lebih Dari Seribu Percobaan Dan Berhasil Menemukan Lampu Pijar
Pada Tahun 1879, Thomas Alva edison berhasil menciptakan sebuah penemuan penting dalam sejarah umat manusia yaitu menemukan lampu pijar, sehingga namanya dikenang sepanjang sejarah.
Model Lampu Temuan EdisonThomas Alva Edison memang bukanlah orang yang pertama yang menciptakan sebuah sistem penerangan listrik. Sebelumnya lampu yang ditenagai arus listrik telah digunakan untuk penerangan jalan di Paris.
Tetapi, lampu pijar temuan Edison berikut dengan sistem pembagian tenaga listrik yang ia kembangkan memungkinkan penerangan listrik yang praktis untuk di rumah.
Sehingga di tahun 1882, perusahaannya yang dirintis oleh Thomas Alva Edison mulai memproduksi listrik untuk rumah-rumah di New York, dan dalam yang sangat singkat, lampu pijar ciptaannya sudah tersebar ke seluruh dunia.
Dalam salah satu biografinya diceritakan bahwa Thomas Alva Edison berhasil menemukan lampu pijar setelah mengalami kegagalan 1000 kali dalam usahanya menemukan lampu pijar atau lampu listrik.
….Saya tidak gagal, saya hanya menemukan seribu cara yang tidak berhasil untuk menyalakan lampu pijarku – Thomas Alva Edison
Adanya perusahaan listrik pertama yang didirikan oleh Edison membuat inovasi baru bagi penerangan di rumah-rumah penduduk, Temuannya juga dijadikan sebagai model dari perkembangan industri besar.
Penggunaan tenaga listrik tidak hanya kepada penerangan saja tetapi sangat berguna untuk seluruh aspek kebutuhan rumah tangga seperti penggunaan televisi, radio, hingga mesin cuci.
Lebih jauh lagi, adanya jaringan tenaga lstrik yang didistribusikan oleh perusahaan yang dibuat Thomas Alva Edison membuat perkembangan yang cukup pesat dalam hal penggunaan listrik untuk sektor industri kecil hingga besar.

Kamis, 30 November 2017

Sejarah Candi Borobudur

Borobudur

Candi Budha di Jawa Tengah
Untuk artikel tentang kecamatan dengan nama sama, lihat Borobudur, Magelang.
Borobudur adalah sebuah candiBuddha yang terletak di BorobudurMagelangJawa TengahIndonesia. Candi ini berlokasi di kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agamaBuddha Mahayana sekitar abad ke-8 masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia,H[1][2] sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.[3]
Borobudur
Stupa Borobudur.jpg
Arca Buddha dan stupa Borobudur
Borobudur berlokasi di Indonesia
Lokasi di Pulau Indonesia
Informasi umum
Gaya arsitekturstupa dan candi
KotaKecamatan Borobudur, sekitar 3 km dari Kota Mungkid (ibukota Kabupaten MagelangJawa Tengah)
NegaraIndonesia
Koordinat7°36′29″LS 110°12′14″BT / 7,608°LS 110,204°BT
Awal konstruksisekitar 770 Masehi
Selesaisekitar 825 Masehi
KlienSailendra
Detail teknis
Sistem strukturpiramida berundak dari susunan blok batu andesit yang saling mengunci
Ukuranluas dasar 123×123 meter, tinggi kini 35 meter, tinggi asli 42 meter (termasuk chattra)
Desain dan konstruksi
ArsitekGunadharma
Situs Warisan Dunia UNESCO
Borobudur
Nama sebagaimana tercantum dalam
Daftar Warisan Dunia
Candi Borobudur 3.jpg
TipeBudaya
Kriteriai, ii, vi
Nomor identifikasi592
Kawasan UNESCOAsia Pasifik
Tahun pengukuhan1991 (sesi ke-15)
Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.[4]Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia.[3] Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra(sikap tangan) Dharmachakra mudra(memutar roda dharma).
Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.[5] Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.
Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam.[6] Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.[3]
Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah objek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.[7][8][9]

Nama Borobudur


Stupa Borobudur dengan jajaran perbukitan Menoreh. Selama berabad-abad bangunan suci ini sempat terlupakan.
Dalam Bahasa Indonesia, bangunan keagamaan purbakala disebut candi; istilah candi juga digunakan secara lebih luas untuk merujuk kepada semua bangunan purbakala yang berasal dari masa Hindu-Buddha di Nusantara, misalnya gerbanggapura, dan petirtaan (kolam dan pancuran pemandian). Asal mula nama Borobudur tidak jelas,[10] meskipun memang nama asli dari kebanyakan candi di Indonesia tidak diketahui.[10]Nama Borobudur pertama kali ditulis dalam buku "Sejarah Pulau Jawa" karya Sir Thomas Raffles.[11] Raffles menulis mengenai monumen bernama borobudur, akan tetapi tidak ada dokumen yang lebih tua yang menyebutkan nama yang sama persis.[10] Satu-satunya naskah Jawa kuno yang memberi petunjuk mengenai adanya bangunan suci Buddha yang mungkin merujuk kepada Borobudur adalah Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365.[12]
Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis BoroBudur, kemungkinan ditulis Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore (Boro); kebanyakan candi memang seringkali dinamai berdasarkan desa tempat candi itu berdiri. Raffles juga menduga bahwa istilah 'Budur' mungkin berkaitan dengan istilah Buda dalam bahasa Jawa yang berarti "purba"– maka bermakna, "Boro purba".[10] Akan tetapi arkeolog lain beranggapan bahwa nama Budur berasal dari istilah bhudhara yang berarti gunung.[13]
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudurberasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana baraberasal dari bahasa Sanskerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengahdan Tri Tepusan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang disebut Bhūmisambhāra.[14] Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa Sanskerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.